Aku Dan Yuyun Aku Dan Dia Aku Dan Teman Smk Aku Dan Temanku AkuSahabatku

Wednesday, June 5, 2013

JENIS –JENIS KHAT (KALIGRAFI ISLAM)

Khat ialah perkataan Arab yang bermaksud garisan. Oleh itu, seni khat bermaksud garisan indah yang membentuk tulisan. Khat juga bermaksud tulisan-tulisan (kitabah ) yang terikat dengan peraturan dan kaedah yang telah dikaji dan ditentukan oleh mereka yang terlibat dengan kemajuan seni. Tulisan-tulisan Arab pula mempunyai nilai dan kaedah tertentu yang mempunyai estetika yang tinggi. etelah kehadiran Islam, penulisan Arab telah memasuki tahap perkembangan yang begitu cepat. Pada abad pertama dan kedua Hijrah, khat merupakan salah satu ciri untuk memperindah sesuatu penulisan. Melalui khat, sesuatu maksud dapat diungkapkan. Khat turut menjadi unsur penting daripada cabang-cabang kesenian yang masih terpelihara hingga ke hari ini.
Picasso, seorang ahli seni terkenal di dunia dari Perancis pernah mengatakan, ” Selepas aku melihat seni yang terdapat pada Khat Arab, aku mengakui bahwa dunia seni lukis masih terkebelakang dengan kesenian itu “.


Seni khat bukan sekadar wacana penyampai maklumat tetapi mengandungi nilai abstrak yang disimpulkan dengan kehalusan, kelembutan, kesinambungan, perhubungan, pergerakan, keharmonian dan sebagainya. Di antara bentuk dan jenis tulisan Khat Arab ialah:



  1. Khat Kufi 
Khat Kufi merupakan kaligrafi Arab tertua dari sumber seluruh kaligrafi Arab. Dinamakan Kufi karena berasal dari kota Kuffah kemudian menyebar keseluruh jazirah Arab. Masyarakat Arab berusaha mengolah dan mempercantik gaya Kufi dengan menyisipkan unsur-unsur ornament sehingga lahirlah beragam corak kufi yang baru. Cara menulisnya pun tidak lagi terbatas pada bambu tapi juga dengan pena, penggaris, segitiga, dan jangka. Khat Kufi menjadi satu-satunya tulisan yang digunakan untuk menyalin mushaf Al-qur’an. Khat Kufi berkembang menjadi bermacam-macam jenis antara lain:
  1. Khat Kufi Basit, gaya ini sangat sederhana hanya menampilkan bentuk pokoknya baik dalam anatomi huruf tunggal maupun cara-cara merangkainya. Contoh ini dapat kita lihat pada qubbah al-Sakhrah Yerussalem, Masjid Jami’ Ibnu Toulun di Mesir.
  2. Khat Kufi Musattar atau Murabba’ atau Handassi Tarbi’i, dinamakan Khat Kufi Musattar atau Murabba’ atau Handassi Tarbi’I yang berarti kubus atau geometri persegi empat. Kaligrafi jenis ini tersusun lurus atau kejur bertemu garis-garis vertical yang membentuk sudut-sudut tegak lurus tanpa satu putaran pun.
  1. Khat Naskhi
Khat Naskhi adalah tulisan yang sampai ke wilayah Aarab Hijaz dalam bentuknya yang paling akhir, setelah lepas dari bentuknya yang kuno sebelum masa kenabian. Selanjutnya gaya tulisan yang semakin sempurna tersebut digunakan untuk urusan administrasi perkantoran dan surat menyurat di zaman kekuasaan Islam. Pada abad ke-3 dan ke-4 hijriyah, pola-pola naskhi bertambah indah berkat kodifikasi yang dibuat ibnu Muqlah (272-328 H). Para ahli sejarah beraggapan, bahwa Ibnu Muqlah adalah peletak dasar Khat Naskhi dalam bentuknya yang sempurna pada zaman Abbasiyah. Di zaman kekuasaan Atabek Ali (545H), usaha memperindah Khat Naskhi mencapai puncaknya sehingga terkenallah gaya yang disebut Naskhi Atabeki yang banyak digunakan menyalin mushaf Al-qur’andi abad pertengahan Islam, dan menggeserkan Khat Kufi kuno yang banyak digunakan sebelumnya. Khatini disebut Naskhi karena para Khattat menulis Alqur’an dan berbagai buku dengan  menggunakan gayannya. Ciri-cirinya ialah mempunyai kelembutan, mudah dibentuk, praktikal dan mudah dibaca. KhatNaskhi ada 2 model, yaitu:
  1. Khat Naskhi Qadim adalah gaya tulisan yang sampai kepada zaman Abbas kemudian diperindah oleh ibnu Muqlah, diperindah lagi oleh masyarkat Atabek, lalu diolah lagi menjadi karya yang semakin sempurna oleh orang-orang Turki.
  2. Khat Naskhi Suhufi /jurnalistik merupakan gaya tulisan yang terus berkembang bentuk hurufnya. Dinamakan suhufi karena penyebaranya yang luas dilapangan jurnalistik. Berbeda dengan Naskhi qadim yang lebih lentur dengan banyak putaran, naskhi suhufi cenderung kaku dan beberapa bagian mendekati bentuk kufi.
  1. Khat Tsuluts
Dinamakan Khat Tsulut karena ditulus dengan kalam yang ujung pelatuknya dipotong dengan ukuran sepertiga (Tsulust) goresan kalam. Ada pula yang menamaknnya KhatArab karena gaya ini merupakan sumber pokok aneka kaligrafi Arab yang banyak jumlahnya. Untuk menulis dengan Khattsuluts, pelatuk kalam dipotong dengan kemiringan kira-kira setengah lebar pelatuk. Ukuran ini sesuai untuk KhatTsuluts Adi dan Jali.KhatTsuluts bisanya banyak digunakan untuk dekorasi dinding dan berbagai media karena kelenturanya, dianggap paling sulit dibaningkan gaya-gaya lain baik dari segi kaidah ataupun proses penyusunannya yang menuntut harmoni dan seimbang. Dalam rentang perjalanannya,  Khat Tsuluts berkembang menjadi beberapa gaya, antara lain:
  1. Khat Tumar adalah khat yang diciptakan oleh Qutbah al-Muharrir yang tumbuh dan berkembang di masa bani Umayyah. Ini biasanya ditulis dalam ukuran-ukuran besar dengan aturan-aturannya yang simple. Khat ini sangat cocok untuk dekorasi dinding atau media-media berukuran besar.
  2. Khat Muhaqqaq, penciptanya adalah Ibnu Bawab. Ibnu Bawab adalah kaligrafer mashur setelah Ibnu Muqlah. Khat ini hampir mirip dengan khat Tsuluts karena perbedaan keduanya sangat samar dan hanya dapat diketahui oleh ahli khat yang cermat.
  3. Khat Raihani
  4. Khat Tawqi’
  5. Khat Riqa’ atau Ruqa’
  6. Khat Tsulusain
  7. Khat Musalsal
  8. Khat Tsuluts Adi
  9. Khat Tsulus Jali
  10. Khat Tsulus Mahbuk
  11. Khat Tsulus Muta’assir bil Rasm
  12. Khat Tsulus Handasi
  13. Khat Tsulus Mutanazhir
  1. Khat Diwani
Diwani adalah salah satu gaya khat yang diciptakan oleh masyarakat Turki Usmani. Peletak dasar-dasar kaidah dan ukuran huruf-hurufnya adalah Ibarhim Munif. Tulisan ini mulai popular setelah penaklukan kota Konstantinopel oleh Sultan Muhammad al-Fatih 875 H. Penamaan Diwani karena dinisbahkan kepada kantor-kantor pemerintahan dimana tulisan tersebut digunakan dan dewan-dewan pemerintah itulah khat ini menyebar keseluruh kalangan masyarakat.  Karakter Diwani terkenal dengan putaranya sehingga tidak satu pun huruf yang tidak mempunyai lengkungan. Goresannya yang lentur dan lembut memudahkan Diwani beradaptasi dengan tulisan apapun. Diwani memiliki 3 macam bentuk:
  1. Khat Diwani ‘Adi
Diwani ‘Adi merupakan gaya khat yang tampil biasa(‘adi) sesuai struktur tulisan sehingga mudah dibaca. Cirri tampilannya tampak pada kali-kali tulisan yang umumnya berbaris datar dengan pucuk-pucuk huruf bergelombang dinamis.
  1. Khat Diwani Murabbit
Gaya ini merupakan Diwani yang huruf-huruf dan rangkaian katanya saling menjalin atau bersilangan  (murabbit) satu sama lain. Besar kemungkinan pola semacam ini merupakan hasil pengaruh khat Musalsal ciptaan Ibnu Bawab. Dalam jenis Khat Diwani Murabbit ini, kaligrafer modern Gazian Bek dari Mesir merupakan tokohnya.
  1. Khat Diwani Jali
Khat Diwani jali diciptakan oleh Syahlan Pasha dari Turki dan merupakan pengembangan dari Diwani ‘Adi. Jali artinya Jelas. Kejelasan tersebut tampak pada detail syakal dan hiasan yang penuh didalamnya. Tujuan diciptakan Diwani jali ialah untuk menuliskan peraturan-peraturan kesultanan dan surat-surat keluar negeri.
  1. Khat Diwani Jali
Khat Diwani Jali merupakan salah satu gaya kaligrafi yang dibuat oleh masyarakat Turki Usmani hasil olahan kaligrafer Syahlan Pasha. Baik Diwani ‘Adi ataupun Diwani Jali dua-duanya disebut khat Humayuni dan Khat Muqaddasi. Humayun maksudny raja-raja Humayun, sedangkan Muqaddasi artinya disucikan.  Karena gaya ini khusus dipakai menulis para sultan dan sultan adalah baying-bayang Tuhan di bumi. Kelebihan dan karakter khas Diwani jali dari Diwani ‘Adi adalah pada penyematan tanda syakal dan hiasan titik yang memenuhi ruang tulisan dengan bentuk titik segi empat.
  1. Khat Farisi
Seni ini telah bersentuhan dengan jiwa bangsa Iran semenjak dahulu  kala sebagai warisan nenek moyang mereka bangsa Saman yang sebelum Islam menulis dengan Khat Pahlevi. Gaya ini merupakan nisbah ke Pahle. Suatu kawasan antara Hamadan, Isfahan dan Azerbaijan. Saat Islam menaklukan negeri Persia, masyarakat Iran pun memeluk Islam sebagai agama baru mereka. Melalui pergaulan dengan masyarakat Arab muslim, orang-orang Iran mengganti tulisan Pahlevi dengan tulisan Arab yang kemudian mereka namakan Khat Ta’liq. Pada waktu selanjutnya lahir pula gaya-gaya khat yang lain seperti Nasta’liq dan Syikasteh. Tertutama dua tulisan pertama, kerap disebut Faris saja mengingat asalnya dari Persia. Keindahan khat ini terletak pada bentuk lengkungannya yang menarik, kurang garisan menegak dan bentuk hurufnya yang condong kekanan dan tidak berbaris. Banyak digunakan untuk menulis syair, dan kegunaan harian. Diantara gaya Khat Faris yang popular di Iran adalah
  1. Khat Ta’liq
  2. Khat Nasta’liq
  3. Khat Syikasteh
  4. Khat Faris Mutanazhir
  5. Khat Faris Mukhtazal
  6. Khat Faris Mir’at
  1. Khat Riq’ah
Riq’ah adalah salah satu gaya khat ciptaan masyarakat Turki Usmani. Muhammad Tahir Kurdi menyebutkan, bahwa penggagas dan peletak dasar-daras kaidah khat Riq’ah  adalah Mumtaz Bek, Seorang konsultan di zaman Sultan Abdul Majid Khan sekitar tahun 1280 M. Posisi Riq’ah diantara khat Diwani dan khat Siyaqat, dimana Mumtaz Bek sangat mashur dengan keahlianya di bidang Diwani seperti kaligrafer lainnya. Tujuan awal diciptakan tulisan ini adalah untuk mempersatukan kaligrafi bagi seluruh pegawai kerajaan. Sehingga mereka hanya menulis dengan satu gaya khat dalam semua tata pergaulan resmi yang diterapkan untuk kantor-kantor pemerintahan. Penciptanya menamakan Riq’ah yang artinya menurut kamus-kamus bahasa ialah potongan daun untuk menulis dan tidak ada hubungannya khat Riq’ah kuno yang pernah digunakan di seluruh kantor administrasi surat menyurat Negara. Beberapa sultan Usmani seperti Sulaiman al-kanuni dan Abdul Hamid I sangat memperhatikan dan banyak menulis dengan khat Riq’ah. Spesifikasi Khat Riq’ah terdapat pada huruf-hurufnya yang pendek dan biasa ditulis lebih cepat dari pada Naskhi karena kesederhanaanya dan tidak memiliki struktur yang rumit. Karena itu, kita memiliki kenyataan dalam kehidupan modern ini khat Naskhi khusus digunakan untuk mencetak teks buku, surat kabar, majalah, sedangkan khat Riq’ah khusus digunakan untuk catatan tangan atau dikte. Di lapangan advertising atau untuk penulisan judul-judul surat kabar, Riq’ah sering digunakan karena dapat mencakup kata-kata panjang dengan goresan-goresan yang tidak banyak makan tempat. Ciri-ciri khusus khat ini ialah bentuk huruf yang kecil, tegak dan tidak menggunakan baris, lebih cepat dan mudah ditulis jika dibandingkan dengan khat yang lain.

Pada saat tidak menggunakan pena tipis tebal, khat Riq’ah berfungsi untuk menulis catatan harian seperti pelajaran dan kuliah atau surat menyurat dann reportase para juru tulis seperti wartawan. Kecepatan gerak Riq’ah dapat disamakan dengan stenografi dalam tulisan latin.

1 comment: